Sabtu, 23 Juni 2018

Gumuk Pasir


Ini adalah perjalanan lebaran yang tidak biasanya kami lakukan seperti tahun-tahun sebelumnya. Perjalanan kami tidak bersama sekeluarga. Menggunakan jasa kereta api, yang pertama berangkat tanggal 8 Juni dan yang kedua tanggal 10 Juni. Mobil sudah dititipkan lebih dulu di Yogya.

1 Hari menjelang hari H, bertiga kami memutuskan untuk jalan-jalan ke arah selatan Yogya. Tepatnya ke Gumuk Pasir. Karena kalo kami melakukan setelah hari raya Ied, maka tempat wisata akan ramai. Demikian pula dengan keberangkatan. Perjalanan ini kami lakukan pagi-pagi. Jika siang atau sore, dikawatirkan pulangnya kami akan menemui kesulitan dengan kemacetan.

Perjalanan dimulai dari jalan Parang Tritis, Pojok beteng timur, Yogya. Menuju ke arah selatan. Agak tersendat di depan pasar Prawirotaman. Maklum Hari terakhir para pedagang jualan. Lepas dari itu lancar goncar.

Mendekati pos retribusi, kami belok kanan. Ke arah pantai Depok. Melalui jalan ini kami bisa lebih menikmati perjalanan. Dari pada langsung menuju Gumuk Pasir. Mendekati Tempat Pelelangan Ikan kami belok kiri. Menyusuri jalan yang disebelah kanannya laut. Terasa sekali bunyi ombak jika jendela kendaraan dibuka. Juga hembusan anginnya.

Sekitar 1-2 Km dari Tempat Pelelangan Ikan, kendaraan kami arahkan ke bibir pantai. Keluar dari jalan aspal. Kebetulan di situ ada jalan yang cukup lebar buat mobil. Dan jalannya pun agak landai. Kami menikmati pantai seperti milik sendiri. Kosong  dan bersih.





Perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri pinggir pantai dengan kendaraan. Sampailah kami ke Pantai Pelangi. Kendaraan mulai menginjak aspal lagi.


Tidak lama kemudian sampailah ke Gumuk Pasir, yang merupakan bentang alam terbentuk dari pasir. Pasir berasal dari erupsi gunung Merapi, terbawa oleh air sungai yang bermuara di pantai selatan. Setelah mengendap dibibir pantai, ditiup angin dari samudera Hindia. Lama lama kemudian menumpuk dan jadilah gumuk pasir. (sand dune).




Puas bermain dan berfoto di situ kami lanjutkan ke arah depan Gumuk Pasir. Menyebrang jalan menuju pantai Barchan. Nama barchan ini sebenarnya merujuk pada nama jenis gumuk pasir. Barchan atau barkhan dune , (dari Kazakh бархан [bɑɾˈ.χɑn] ), adalah gundukan berbentuk bulan sabit. Istilah ini diperkenalkan pada tahun 1881 oleh naturalis Rusia Alexander von Middendorf
(wikipedia). Gundukan yang dimaksud adalah gundukan pasir.






Mobil susah untuk merapat pada tulisan Barchan karena pasir terlalu gembur. Serta juga membukit, kurang landai. Seperti pantai Parangtritis dan pantai yang kami lewati tadi, pantai Barchan ini hamparan pasirnya luas. Beberapa menit di sini kemudian kami pun pulang, karena matahari mulai terasa menyengat. 

Tidak ada komentar: