Senin, 25 Juni 2018

Tol Fungsional (lagi)


Berdasar pengalaman tahun lalu, dimana kami lewat tol yang difungsikan untuk mengatasi kepadatan kendaraan, jalannya masih naik turun disetiap perlintasan. Tentu hal ini mengurangi kenyamanan berkendara. Tak ingin terulang, kami memilih mudik dengan kereta api. Sambil terus melihat berita perkembangan tol Trans Jawa yang akan difungsikan.





Ternyata tahun ini tol yang sudah beroprasi dari Jakarta hingga Batang. Sebagian yang diwilayah Timur juga.. Beberapa bagian masih fungsional. Kami mencoba kembali yang dari arah balik, selepas hari raya Idul Fitri. Hari ke tiga, berangkat dari Yogya pukul 14.00, mencoba tol fungsional dari Kartasura. Tapi belum bisa karena kami kena macet di Prambanan. Tol ditutup sekitar jam 17.00. Menjadikan ditengah perjalanan kami memilih dari Klaten ke Boyolali menuju Semarang.



Dan di Boyolali kami mendapat Kepadatan kendaraan imbas dari tol Kartasura yang ditutup. Seperti biasa, kami mencoba jalur alternatif yang mengarah ke Salatiga. Sayang hari sudah gelap, sehingga ditengah jalur alternatif kami memutuskan balik ke jalur utama. Mendekati Salatiga kami coba kembali jalur alternatif yang mengarah jalan lingkar Salatiga. Di sini jalur tersebut sudah ada penerangan jalan.



Kami masuk tol dari Bawen menuju Semarang, karena gerbang tol yang dari Salatiga, daerah Tingkir, tentu cukup padat mengingat jalur masuk jalannya sempit.

Menuju tol fungsional dari Semarang jam 06.00. Kami masuk dari Jatingaleh. Kondisi jalan masih relatif sepi. Tol fungsional Semarang - Batang dimulai dari penghabisan tol Jatingaleh - Krapyak.





Di Kendal kami mendapati penumpukan kendaraan karena jembatan belum rampung. Jadi harus antri. Kami memutuskan keluar lewat jalan provinsi dan masuk tol kembali. Jembatan ini cukup menarik perhatian dengan warna tiang merahnya. Jembatan ini tidak jauh dari jembatan jalan provinsi. Bersebrangan, mungkin tidak lebih dari 500m.






Mendekati daerah Batang. Sudah ada gerbang tol tapi sementara.. Jalan sebelumnya masih berupa lapisan beton. Jembatan untuk perlintasan sudah landai. Kami menemui pengguna jalan tol, kendaraan Bajaj. Heran, ini kendaraan berbahan bakar gas. Dimana pompa pengisiannya?





Sampai ditegal kami kluar untuk silahturahim ke sepupu ibu. Sekalian istirahat sarapan. Tiba dikota tegal jam 09.10an di alun-alun.




Masuk Tol kembali sekitar jam 10.25. menuju Jakarta. Sayang di Kanci terjadi kepadatan karena rest area. Kami keluar, mneghindari.




Dan di Subang sekitar jam 15.00 kami mendapati kepadatan. Bahkan sudah mulai diberlakukan contraflow untuk menghindari tempat istirahat. kalo tidak keliru disekitar km 102. Mendekati km 90an kami bisa pindah jalur sebelah kanan dimana pada saat itu sudah berlaku satu arah menuju jakarta. Tepat adzan magrib kami tiba di km 3 Cawang, dimana harus pindah jalur ke sebelah kir mengakhiri jalur satu arah.








Sabtu, 23 Juni 2018

Gumuk Pasir


Ini adalah perjalanan lebaran yang tidak biasanya kami lakukan seperti tahun-tahun sebelumnya. Perjalanan kami tidak bersama sekeluarga. Menggunakan jasa kereta api, yang pertama berangkat tanggal 8 Juni dan yang kedua tanggal 10 Juni. Mobil sudah dititipkan lebih dulu di Yogya.

1 Hari menjelang hari H, bertiga kami memutuskan untuk jalan-jalan ke arah selatan Yogya. Tepatnya ke Gumuk Pasir. Karena kalo kami melakukan setelah hari raya Ied, maka tempat wisata akan ramai. Demikian pula dengan keberangkatan. Perjalanan ini kami lakukan pagi-pagi. Jika siang atau sore, dikawatirkan pulangnya kami akan menemui kesulitan dengan kemacetan.

Perjalanan dimulai dari jalan Parang Tritis, Pojok beteng timur, Yogya. Menuju ke arah selatan. Agak tersendat di depan pasar Prawirotaman. Maklum Hari terakhir para pedagang jualan. Lepas dari itu lancar goncar.

Mendekati pos retribusi, kami belok kanan. Ke arah pantai Depok. Melalui jalan ini kami bisa lebih menikmati perjalanan. Dari pada langsung menuju Gumuk Pasir. Mendekati Tempat Pelelangan Ikan kami belok kiri. Menyusuri jalan yang disebelah kanannya laut. Terasa sekali bunyi ombak jika jendela kendaraan dibuka. Juga hembusan anginnya.

Sekitar 1-2 Km dari Tempat Pelelangan Ikan, kendaraan kami arahkan ke bibir pantai. Keluar dari jalan aspal. Kebetulan di situ ada jalan yang cukup lebar buat mobil. Dan jalannya pun agak landai. Kami menikmati pantai seperti milik sendiri. Kosong  dan bersih.





Perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri pinggir pantai dengan kendaraan. Sampailah kami ke Pantai Pelangi. Kendaraan mulai menginjak aspal lagi.


Tidak lama kemudian sampailah ke Gumuk Pasir, yang merupakan bentang alam terbentuk dari pasir. Pasir berasal dari erupsi gunung Merapi, terbawa oleh air sungai yang bermuara di pantai selatan. Setelah mengendap dibibir pantai, ditiup angin dari samudera Hindia. Lama lama kemudian menumpuk dan jadilah gumuk pasir. (sand dune).




Puas bermain dan berfoto di situ kami lanjutkan ke arah depan Gumuk Pasir. Menyebrang jalan menuju pantai Barchan. Nama barchan ini sebenarnya merujuk pada nama jenis gumuk pasir. Barchan atau barkhan dune , (dari Kazakh бархан [bɑɾˈ.χɑn] ), adalah gundukan berbentuk bulan sabit. Istilah ini diperkenalkan pada tahun 1881 oleh naturalis Rusia Alexander von Middendorf
(wikipedia). Gundukan yang dimaksud adalah gundukan pasir.






Mobil susah untuk merapat pada tulisan Barchan karena pasir terlalu gembur. Serta juga membukit, kurang landai. Seperti pantai Parangtritis dan pantai yang kami lewati tadi, pantai Barchan ini hamparan pasirnya luas. Beberapa menit di sini kemudian kami pun pulang, karena matahari mulai terasa menyengat.